ASSALAMU ‘ALAIKUM WR.WB.
Ykh. Bapak Kepala UPT TK dan SD Kecamatan Pacitan
Ykh. Bapak Pembina Yayasan Ar Rahmah Pacitan
Ykh. Bapak Ketua Komite SDIT Ar Rahmah
Ykh. Bapak Kepala Sekolah SDIT Ar Rahmah
Ykh. Bapak/ibu wali murid,Wisudawan,seluruh Undangan Yang Berbahagia.
Mengawali Kata sambutan kami, marilah kita renungi betapa banyak karunia nikmat yang dilimpahkan oleh Allah SWT kepada kita semua sehingga pada siang hari ini kita bisa menyaksikan anak-anak kita melalui proses dari panjangnya perjalanan kehidupan yaitu mereka telah lulus dan memasuki sekolah lanjutan.
Sholawat dan salam semoga selalu tecurah kepada Qudwah Hasanah Nabi Agung Muhammad SAW, yang telah membimbing kita semua ke jalan yang lurus.
Keberhasilan hidup manusia ternyata tidak hanya ditentukan oleh kecakapan intelektualitasnya saja tetapi lebih dikuatkan oleh kecerdasan emosinya. eneliti menemukan bahwa keberhasilan hidup hanya 20% ditunjang oleh IQ selebihnya adalah unsur pendukung lain. Unsur pendukung yang terbesar adalah EQ atau kecerdasan emosi. Peran IQ dalam mengantarkan sukses seseorang hanya menempati urutan kedua sesudah kecerdasan emosi.
Emosi di sini lebih dipandang sebagai sumber energi dan semangat manusia yang paling kuat yang dapat memberikan sumber kebijakan intuitif. Emosi memberi informasi penting dan berpotensi menguntungkan. Bagi sebuah pribadi, kecerdasan emosi mampu menyalakan kreativitas, membuat jujur dengan diri sendiri, memberikan panduan nurani bagi hidup dan karir, menuntun ke kemungkinan yang tidak terduga. Kecerdasan emo-si juga menuntut seseorang untuk belajar mengakui dan menghargai orang lain. Ke-cerdasan emosi bekerja secara sinergis dengan keterampilan kognitif. Orang yang ber-prestasi tinggi memiliki keduanya. Makin kompleks pekerjaan makin penting ke-cerdasan emosi. Kekurangan kecerdasan emosi dapat menyebabkan orang terganggu dalam menggunakan keahlian teknis atau keenceran otak yang mungkin dimilikinya.
Kecerdasan emosi, dengan melihat pandangan di atas, jelas tidak dapat dipungkiri lagi keluarbiasaannya. Dan tentunya hal tersebut akan memunculkan sinergi baru apa-bila diterapkan dalam budaya pembelajaran. Pengajar yang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam hal ini memiliki kecenderungan dapat menumbuhkan iklim yang kondusif dalam pembelajaran di sekolah. Pembicaraan hal tersebut tidak dapat dile-paskan dengan adanya konsep baru dalam pembelajaran, yaitu apa yang dinamakan dengan quantum learning atau pembelajaran quantum.
Sekolah Islam Terpadu memang dirancang memadukan multi kecerdasan yang diramu dalam pembelajaran yang menarik. Mengkondisikan Pemahaman pengelola dan guru dalam melaksanakan pembelajaran berbasis multi kecerdasan tentu sangat penting.
Di masa yang akan datang sudah selayaknya SDIT Ar Rahmah meningkatkan kualitas layanan yang memicu kecerdasan emosi anak kita meningkat. Seperti yang telah di praktikkan di SDIT Ar Rahmah yaitu :
- Pemahaman diri sendiri yaitu menganali kekurangan dan kelmahan diri untuk dirubah menjadi kekuatan diri. Dengan kegiatan mentoring, MABIT (malam bina iman dan Taqwa)dll.
- Melatih siswa menyelaraskan diri dengan berbagai karakter manusia. Kegiatannya yaitu menanamkan empati, menerima kekurangan orang lain, menghargai kelebihan dan keunikan teman.
- Melatih ketahanan diri jika menhadapi persoalan anak tidak frustasi dan mudah menyerah. Maka muulai semester ini SDIT Ar rahmah mengangkat tenag khusus Sarjana Bimbingan dan konseling yang berperan mengarahkan siswa siap menghadapi cobaan hidup.
- Buku Penghubung, walaupun perlu dioptimalkan dan terus dipahamkan kepada orang tua supaya rajin mencatat dan menyampaikan perkembangan putra putrinya yang menyangkut perkembangan emosi.Dan seharusnya guru melayani dengan baik curhat orang tua mencata dalam buku catatan perkembangan siswa dipantai untuk diadakan pembimbingan.
Selain itu kita juga akan menghadapi perkembangan dunia yang sangat pesat yaitu perkembangan Tekhnologi Informasi, sebagaimana disampaikan oleh : Collin Cherry mengungkapkan perkembangan teknologi komunikasi yang cepat dewasa ini dengan istilah explosion. Hal ini disebabkan, Pertama, secara potensial teknologi komunikasi menjangkau seluruh permukaan bumi hanya dalam tempo sekejap. Kedua, jumlah pesan dan arus lalu lintas informasi telah berlipat ganda secara geometrik. Untuk dua dekade belakangan ini saja, jumlah kontak komunikasi global yang ada diperkirakan sama banyak dengan komunikasi serupa selama beberapa abad lalu. Ketiga, kompleksitas teknologinya sendiri semakin canggih (sophisticated), baik piranti lunak maupun piranti kerasnya.
Maka sudah selayaknya peserta didik, kita bekali dengan beragam kompetensi untuk menghadapi era global yaitu :
- Penanaman Keimanan
Sedini mungkin anak-anak kita bekali dengan sebuah landasan ideologi yang kuat berupa keimanan yang mendalam. Internalisasi nilai keimanan pada diri anak kita harus tertanam mendalam di sanubari mereka sehingga dapat menjadi kekuatan yang hebat walaupun badai tantangan global menerpa mereka. Banyak pelajaran dari Al quran yang memberi keteladanan sebagaimana kisah Lukman yang mendidik dan menanamkan aqidah yang kuat kepada anaknya.
- Pembentukan Karakter Asasi
John Naisbit dan Istrinya Patricia Abdurdene pada awal tahun 90-an menulis buku “ Megatrend 2000” yang intinya hampir sama bahwa akan datang sebuah era yang disebut dengan peradaban informasi. Dia mengatakan secara bersamaan akan bangkit agama-agama. Hal ini karena orang memiliki kesadaran bahwa agama yang sanggup membentengi pengaruh-pengaruh negatif dari berkembangnya informasi. Maka sejak kecil kita harus membentuk karakter anak kita mempunyai karakter asasi yaitu sebuah karakter yang mampu menjadi benteng terhadap pengaruh buruk di jamannya.
- Melatih Anak Memanfaatkan Informasi
Kita juga harus menanamkan sebuah perilaku produktif pada anak bahwa dengan informasi kita dapat memanfaatkan untuk kepentingan positif. Misalnya anak menggunakan internet, kita membekali mereka untuk memanfaatkan kearah hal yang positif. Semantara ini kita lebih banyak menjadi pengguna (komsumstif) terhadap informasi dan tehnologi. Kita hanya mengambil, mengunduh, browsing, mencari berita dan informasi, bahkan juga menjadi penikmat di akun-akun semacam jejaring sosial yang kita lebih banyak mengeluarkan uang. Kita membekali anak agar dalam internet kita lebih banyak menjadi subyek (produktif) dari pada obyek (komsumtif).
Orang tua sering dipusingkan oleh tingkah anaknya yang gandrung dengan informasi via internet, bahkan lupa waktu belajar. Pada tataran tertentu anak akan menjadi sindrom/ketergantungan yang tak terbendung dan berdampak pada psikologis anak. Maka mulailah sekarang, menyiapkan anak anak kita mampu dan mahir menggunakan sarana informasi yang selanjutnya tidak sekedar mengambil yang sudah dibuat oleh orang lain tapi anak kita mampu membuat sebuah karya yang dimanfaatkan orang lain.
Akhirnya semoga anak-anak kita mampu istiqomah menjaga konsep-konsep dasar yang sudah kita berikan selama menuntut ilmu di SDIT Ar Rahmah, kami berharap kepada para orang tua untuk mengawal putra dan putrinya untuk mempertahankan yang sudah dimiliki dan meningkatkan ke kompetensi yang lebih baik, untuk meraih cita-cita agar kelak menjadi generasi yang tangguh lahir dan batin membangun bangsa Indonesia yang kita cintai.
Allahu Akbar 3x
Mohon maaf yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada semua pihak atas kekurangan dan kesalahan kami serta ketidaksempurnaan kami dalam memberikan pelayanan dan pengelolaan SDIT Ar Rahmah Pacitan.
WASSALAMU ALAIKUM WR.WB.
Tinggalkan Balasan